twitter




MAKALAH LIMNOLOGI
BAHAN ORGANIK DALAM PERAIRAN
DI SUSUN OLEH :
GANJAR HESTI HUTAMI              26010113140062
HIMAWAN BAGUS SAPUTRA     26010113140063
NOVANANDA NADIA                            26010113140064

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2013

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.
Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik, dimana penulisan makalah  ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Limnologi.
Penulis menyadari, karena keterbatasan ilmu dan pengetahuan yang dimiliki, makalah ini masih banyak kekurangan dalam penyusunan.Makalah ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu dengan senang hati penulis akan menerima kritik dan saran dari semua pihak yang berhubungan dengan penulisan makalah utama ini.
Dalam penyusunan makalah ini penulis banyak mendapat bantuan, bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak, oleh karena itu dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1.         Churun ‘Ain sebagai dosen pembimbing yang telah memberikan materi dalam mata kuliah Limnologi  sehingga mempermudah dalam penyusunan makalah.
2.         Rekan – rekan sekelompok yang telah memberikan dorongan, motivasi dan inspirasi sehingga makalah ini bisa terselesaikan.
Akhir kata, mohon maaf apabila terdapat kalimat-kalimat yang kurang berkenan untuk dibaca dalam  makalah ini. Terima kasih.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Semarang, 13 April 2014

                                                                                                                        Penulis

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ……………………………………………………………….         i
Daftar Isi    …………………………………………………………………....         ii

BAB I                         PENDAHULUAN
1.1       Latar Belakang ……………………………..………………...          1
1.2       Rumusan Masalah ……………………………………………          2
1.3       Tujuan ………………………………………………………..          2
1.4       Manfaat ………………………………………………………          2
BAB II            ISI
2.1       Definisi Bahan Organik …………………………… ………...         3
2.2       Sumber Bahan Organik ……………........................................          3
2.3         ManfaatBahan Organik ……………………………………..           4
2.4       Macam-macam Bahan Organik ……………………………. 4
2.5       Karakteristik Bahan Organik ………………………….…….           4
2.6              Klasifikasi Bahan Organik ……………………………….….           5
2.7              Parameter Bahan Organik Di Perairan ……………..………..           6
2.8              Mekanisme Pengukuran Bahan Organik …………………….           6
2.9              Manajemen control nutrient  …………………………………          9
BAB IV          PENUTUP
            4.1       Kesimpulan   …………………………………………………          13

Daftar Pustaka   ………………………………………………………………         14
BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Perairan air tawar, salah satunya waduk menempati ruang yang lebih kecil bila dibandingkan dengan lautan maupun daratan, namun demikian ekosistem air tawar memiliki peranan yang sangat penting karena merupakan sumber air rumah tangga dan industri yang murah.Perairan air tawar merupakan tempat disposal/pembuangan yang mudah dan murah.Waduk mempunyai karakteristik yang berbeda dengan badan air lainnya.Waduk menerima masukan air secara terus menerus dari sungai yang mengalirinya.Air sungai ini mengandung bahan organik dan anorganik yang dapat menyuburkan perairan waduk.Pada awal terjadinya inundasi (pengisian air), terjadi dekomposisi bahan organik berlebihan yang berasal dari perlakuan sebelum terjadi inundasi. Dengan demikian, jelas sekali bahwa semua perairan waduk akan mengalami eutrofikasi setelah 1–2 tahun inundasi karena sebagai hasil dekomposisi bahan organik. Eutrofikasi akan menyebabkan meningkatnya produksi ikan sebagai kelanjutan dari tropik level organik dalam suatu ekosistem
Di dalam perairan terdapat jasad-jasad hidup, dan salah satunya adalah plankton yang merupakan organisme mikro yang melayang dalam air laut atau tawar.Pergerakannya secara pasif tergantung pada angin dan arus. Plankton terutama terdiri dari tumbuhan mikroskopis yang disebut fitoplankton dan hewan
mikroskopis yang disebut zooplankton. Suatu perairan dikatakan subur apabila mengandung banyak unsur hara atau nutrien yang dapat mendukung kehidupan organisme dalam air terutama  fitoplankton dan dapat mempercepat pertumbuhannya.
Fitoplankton menduduki tropik level pertama dalam rantai makanan, sehingga keberadaannya akan mendukung organisme tropik level selanjutnya. Sebagai produsen primer,  fitoplankton dapat melakukan proses fotosintesis untuk mengubah bahan anorganik menjadi bahan organik dengan bantuan sinar matahari. Hasil fotosintesis dari produsen akan digunakan bagi dirinya sendiri dan oleh organisme lain. Fitoplankton merupakan organisme pertama yang terganggu karena adanya beban masukan yang diterima oleh perairan.Ini disebabkan karena fitoplankton adalah organisme pertama yang memanfaatkan langsung beban masukan tersebut.
Oleh karena itu perubahan yang terjadi dalam perairan sebagai akibat dari adanya beban masukan yang ada akan menyebabkan perubahan pada komposisi, kelimpahan dan distribusi dari komunitas fitoplankton. Maka dari itu keberadaan fitoplankton dapat dijadikan sebagai indikator kondisi kualitas perairan, selain itu fitoplankton dapat digunakan sebagai indikator perairan karena
sifat hidupnya yang relatif menetap, jangka hidup yang relatif panjang dan mempunyai toleransi spesifik pada lingkungan.

B.       Rumusan Masalah
Dalam makalah ini masalah yang akan dibahas adalah sebagai berikut.
1.         Apa itu bahan organik?
2.         Darimana sumber bahan organik bisa di dapatkan?
3.         Apa saja manfaat bahan organik?
4.         Apa saja manfaat bahan bahan organik untuk perairan?
5.         Apa saja karakteristik bahan bahan organik?
6.         Bagimana manajemen control nutrient pada bahan-bahan organic?
7.         Bagaimana mekanisme pengukurannya?

C.       Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dalam pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut.
1.         Mengetahui apa saja bahan organic yang baik bagi perairan tawar
2.         Mengetahui karakteristik  dan mekanisme pengukuran pada bahan organic.

D.      Manfaat Penulisan
           Karya ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi pembaca tentang bahan-bahan organik di perairan.





BAB II
ISI

2.1       DefinisiBahanOrganik
Bahanorganikataubiasadisebut BO, merupakanbahan-bahan yang dapatdiperbaharui, ataudidaurulang, ataudirombakolehbakteri-bakteritanahmenjadiunsur yang  dapatdigunakanolehtanamantanpamencemaritanahdan air. Bahanorganiktanahmerupakanpenimbunandarisisa-sisatanamandanbinatang yang sebagiantelahmengalamipelapukandanpembentukankembali.
Bahanorganik yang demikianadadalampelapukanaktifdanmenjadimangsaseranganjasadmikro.Sebagaiakibatnyabahantersebutberubahterusdantidak menetap, sehinggaharusselaludiperbaharuimelaluipenambahan sisa-sisatanamanataubinatang.Bahanorganikdemikianberadadalam pelapukanaktifdanmenjadimangsaseranganjasadmikro.Sebagaiakibatnyabahantersebutberubahterusdantidakmantapsehinggaharusselaludiperbaharuimelaluipenambahansisa-sisatanamanataubinatang.
DalamLimnologibahan organic adalahbahan-bahan yang berasaldarihewanatautumbuhan, yang merupakanbahan organic adalahkarbohidrat, lemakdan protein.Bahan organic umumnyamengandungkarbon, karbohidrat (C,Hdan O), protein (C,H,O,N,S dan P).
2.2       SumberBahanOrganik
            Bahanorganikadalahkumpulanberagamsenyawa-senyawaorganikkompleks yang sedangatautelahmengalami proses dekomposisi, baikberupa humus hasilhumifikasimaupunsenyawa-senyawaanorganikhasilmineralisasidantermasukjugamikrobiaheterotrofikdanototrofik yang terlibatdanberadadidalamnyaSemuabahanorganikmengandungkarbon (C) berkombinasidengansatuataulebihelemenlainnya.Bahanorganikberasaldaritigasumberutamayaitu:
  1. Alam, misalnyaminyaknabatidanhewani, lemakhewani, alkaloid, selulosa, kanji, guladansebagainya.
  2. Sintesis , yang meliputisemuabahanorganik yang diprosesolehmanusia.
  3. Fermentasi, misalnyaalkohol, aseton, gliserol, antibiotika, dan asam; yang semuanyadiperolehmelaluiaktivitasmikroorganisme.


2.3        Manfaat Bahan Organik
Dibawah ini ada beberapa manfaatbahan organic antara lain adalahsebagaiberikut :
1.      Bahanmakanan organism diperairan
2.      Indikatorkesuburanperairan
3.      Menunjukanbanyakdansedikitnyanutriuendiperairan
4.      Senyawa refractory
5.      Sebagaisenyawa chelating

2.4        Macam-macamBahanOrganik
-          Bakteri, Jamur, Phytoplankton dan Zooplankton
-          Sisatumbuhandanhewan yang mati.
-          Karbohidrat, Protein Lermakdan Vitamin yang Organik

2.5       Karakteristik Bahan Organik
Ada beberapa karakteristik bahan organik yang membedakannya dari bahan anorganik, diantaranya adalah sebagai berikut :
1.      Mudah terbakar
2.      Memiliki titik beku dan titik didih yang rendah
3.      Biasanya lebih sukar larut dalam air
4.      Bersifat isomerisme : beberapa jenis bahan organik memiliki rumus molekul yang sama
5.      Reaksi dengan senyawa lain berlangsung lambat karena bukan terjadi dalam bentuk ion, melainkan dalam bentuk molekul
6.      Berat molekul biasanya sangat tinggi, dapat lebih dari 1.000
7.      Sebagian besar dapat berperan sebagai sumber makanan bagi bakteri.

2.10          KlasifikasiBahanOrganik
Bahan organik dikelompokan menjadi tiga kelompok utama, yaitu alifatik, aromatic, dan heterosiklik
1.      SenyawaOrganikAlifatik
Senyawa organik alifatik adalah senyawa organik yang berupa ikatan rantai kabon lurus dan bercabang. Beberapa contohnya adalah sebagai berikut :
-          Hidrokarbon, yaitu bahan organik yang hanya mengandung karbon dan hidrogen
-          Alkohol, hidrokarbon yang teroksidasi
-          Aldehid dan keton, aldehid adalah hasil oksidasi alkohol primer, sedangkan keton adalah hasil oksidasi alkohol sekunder
-          Asam, yaitu bentuk oksidasi maksimum dari bahan organik sebelum terbentuk karbondioksida dan air sebagai hasil akhir oksidasi bahan organik.
-          Ester, yaitu senyawa organik yang terbentuk karena reaksi antara asam dan alkohol
-          Eter, yaitu senyawa organik yang terbentuk karena alkohol mendapat perlakuan agen dehidrasi kuat
-          Alkilhalida, yaitu alkohol yang mendapat perlakuan PCl3
-          Senyawa organik sederhana yang mengandung nitrogen.
-          Senyawa alifatiksiklik, yang dicirikan oleh dua atom hidrogen berikatan dengan setiap atom karbon pada ikatan cincin
-          Merkaptan (tioalkohol), yaitu senyawa alifatik yang mengandung sulfur
2.      Senyawaorganikaromatik
Senyawa organik aromatik adalah senyawa organik yang berupa ikatan cincin karbon, terdiri atas enam atom karbon dengan tiga ikatan ganda. Beberapa contoh senyawa organik aromatik adalah hidrokarbon, fenol, alkohol dan bahan organik  yang mengandung nitrogen.
3.      Senyawaorganikheterosiklik
Senyawa organik heterosiklik adalah senyawa organik  yang  berupa ikatan cincin karbon dengan salah satu elemen bukan  atom  karbon. Beberapa contoh bahan organik heterosiklik adalah sebagai berikut :
-          Senyawa furadehida, pirol, pirolidin, piridin, purin, pirimidin, indol, dan skatol
-          Dyes ( bahan pewarna)

2.11          Parameter BahanOrganik Di Perairan
Bahan –bahan organik yang perlu diperhatikan dalam  pengelolaan kualitas air diantaranya adalah sebagai berikut :
1.      Karbohidrat (CHO)
Bahan-bahan organik yang mengandung karbon, hidrogen, dan oksigen misalnya glukosa, kanji dan selulosa
2.      Senyawa nitrogen (CHONS)
Bahan organik yang  mengandung karbon, oksigen, nutrient, dan kadang-kadang  sulfur misalnya, protein, asam amino dan urea.
3.      Lemak (lipids atau fats) (CHO)
Yaitu bahan organik  yang mengandung karbon, hidrogen dan sedikit oksigen. Lemak memiliki sifat kelarutan yang buruk dalam air, akan tetapi larut dalam pelarut organik.

2.12          Mekanisme Pengukuran Bahan Organik
Indikasi keberadaan bahan organik dapat diukur dengan beberapa  parameter, misalnya kandungan  total bahan organik atau TOC (total organic carbon), kebutuhan oksigen biokimiawi atau BOD (biochemical Oxygen Demand), kebutuhan oksigen kimiawi atau COD (Chemical Oxygen Demand) dan kandungan bahan organik atau TOM (Total Organic Matter) .Nilai COD biasanya lebih besar daripada nilai BOD  ,meskipun tidak selalu demikian.
1.      Kandungan total bahanorganikatau TOC (total organic carbon)
Pada penentuan TOC, bahan organik dioksidasi menjadi karbondioksida  yang diukur dengan non-dispersive infrared amalyzer. Pengukuran TOC juga dapat dilakukan dengan menggunakan flame ionization detector.Pada metode ini, karbon dioksida direduksi menjadi gas metana. Pengukuran TOC relative lebih cepat daripada pengukuran BOD dan COD. Pada perairan alami, biasanya berkisar antara 1-30 mg/liter ,sedangkan pada air tanah nilai TOC biasanya lebih kecil, yaitu kurang lebih 2 mg/liter. Nilai TOC perairan yang telah menerima limbah, baik domestic maupun industry atau perairan pada daerah berawa-rawa, dapat lebih dari 10-100 mg/liter.
2.      Kandungan bahan organik atau TOM (Total Organic Matter)
Kaliumpermenganat telah lama  dipakai sebagai oksidator pada penentuan konsumsi oksigen untuk mengoksidasi bahan organik, yang dikenal sebagai parameter nilai permanganate atau sering disebut sebagai kandungan bahan organik atau TOM. Penentuan nilai oksigen yang dikonsumsi dengan metode permanganate selalu memberikan hasil yang lebih kecil daripada nilai BOD.Kondisi ini menunjukan bahwa permangatan tidak cukup mampu mengoksidasi bahan organik secara sempurna.
Secara tidak langsung, BOD merupakan gambaran kadar bahan organik ,  yaitu jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh mikroba aerob untuk mengoksidasi bahan organik menjadi karbondioksida dan air. Dengan kata lain, BOD menunjukkan jumlah oksigen yang dikonsumsi oleh proses respirasi mikroba aerob yang terdapat dalam botol BOD yang diinkubasi pada suhu sekitar 20 derajat Celcius selama lima hari, dalam keadaan tanpa cahaya. BOD hanya menggambarkan bahan organic yang dapat didekomposisi secara biologis (biodegradable).Bahan organic ini dapat berupa lemak, protein, kanji (strach), glukosa, aldehida, ester dan sebagainya.Dekomposisi selulosa secara biologis berlangsung relative lambat.Bahan organik merupakan hasil pembusukan tumbuhan dan hewan yang telah mati atau hasil buangan dari limbah domestik dan industri.
Metode pengukuran BOD dan COD
Prinsip pengukuran BOD pada dasarnya cukup sederhana, yaitu mengukur kandungan oksigen terlarut awal (DOi) dari sampel segera setelah pengambilan contoh, kemudian mengukur kandungan oksigen terlarut pada sampel yang telah diinkubasi selama 5 hari pada kondisi gelap dan suhu tetap (20 oC) yang sering disebut dengan DO5. Selisih DOi dan DO5 (DOi – DO5) merupakan nilai BOD yang dinyatakan dalam miligram oksigen per liter (mg/L).
Pengukuran oksigen dapat dilakukan secara analitik dengan cara titrasi (metode Winkler, iodometri) atau dengan menggunakan alat yang disebut DO meter yang dilengkapi dengan probe khusus. Jadi pada prinsipnya dalam kondisi gelap, agar tidak terjadi proses fotosintesis yang menghasilkan oksigen, dan dalam suhu yang tetap selama lima hari, diharapkan hanya terjadi proses dekomposisi oleh mikroorganime, sehingga yang terjadi hanyalah penggunaan oksigen, dan oksigen tersisa ditera sebagai DO5. Yang penting diperhatikan dalam hal ini adalah mengupayakan agar masih ada oksigen tersisa pada pengamatan hari kelima sehingga DO5 tidak nol. Bila DO5 nol maka nilai BOD tidak dapat ditentukan.Pada prakteknya, pengukuran BOD memerlukan kecermatan tertentu mengingat kondisi sampel atau perairan yang sangat bervariasi, sehingga kemungkinan diperlukan penetralan pH, pengenceran, aerasi, atau penambahan populasi bakteri.Pengenceran dan/atau aerasi diperlukan agar masih cukup tersisa oksigen pada hari kelima.Karena melibatkan mikroorganisme (bakteri) sebagai pengurai bahan organik, maka analisis BOD memang cukup memerlukan waktu.
 Oksidasi biokimia adalah proses yang lambat. Dalam waktu 20 hari, oksidasi bahan organik karbon mencapai 95 – 99 %, dan dalam waktu 5 hari sekitar 60 – 70 % bahan organik telah terdekomposisi. Lima hari inkubasi adalah kesepakatan umum dalam penentuan BOD.Bisa saja BOD ditentukan dengan menggunakan waktu inkubasi yang berbeda, asalkan dengan menyebutkan lama waktu tersebut dalam nilai yang dilaporkan (misal BOD7, BOD10) agar tidak salah dalam interpretasi atau memperbandingkan.Temperatur 20 derajat Celcius dalam inkubasi juga merupakan temperatur standard.Temperatur 20 derajat Celcius adalah nilai rata-rata temperatur sungai beraliran lambat di daerah beriklim sedang dimana teori BOD ini berasal.Untuk daerah tropic seperti Indonesia, bisa jadi temperatur inkubasi ini tidaklah tepat.Temperatur perairan tropik umumnya berkisar antara 25 – 30 derajat Celcius, dengan temperature inkubasi yang relatif lebih rendah bisa jadi aktivitas bakteri pengurai juga lebih rendah dan tidak optimal sebagaimana yang diharapkan. Ini adalah salah satu kelemahan lain BOD selain waktu penentuan yang lama tersebut.
Metode pengukuran COD sedikit lebih kompleks, karena menggunakan peralatan khusus reflux, penggunaan asam pekat, pemanasan, dan titrasi. Pada prinsipnya pengukuran COD adalah penambahan sejumlah tertentu kalium bikromat (K2Cr2O7) sebagai oksidator pada sampel (dengan volume diketahui) yang telah ditambahkan asam pekat dan katalis perak sulfat, kemudian dipanaskan selama beberapa waktu. Selanjutnya, kelebihan kalium bikromat ditera dengan cara titrasi. Dengan demikian kalium bikromat yang terpakai untuk oksidasi bahan organik dalam sampel dapat dihitung dan nilai COD dapat ditentukan.
Kelemahannya, senyawa kompleks anorganik yang ada di perairan yang dapat teroksidasi juga ikut dalam reaksi, sehingga dalam kasus-kasus tertentu nilai COD mungkin sedikit ‘over estimate’ untuk gambaran kandungan bahan organik. Bilamana nilai BOD baru dapat diketahui setelah waktu inkubasi lima hari, maka nilai COD dapat segera diketahui setelah satu atau dua jam. Walaupun jumlah total bahan organik dapat diketahui melalui COD dengan waktu penentuan yang lebih cepat, nilai BOD masih tetap diperlukan. Dengan mengetahui nilai BOD, akan diketahui proporsi jumlah bahan organik yang mudah urai (biodegradable), dan ini akan memberikan gambaran jumlah oksigen yang akan terpakai untuk dekomposisi di perairan dalam sepekan (lima hari) mendatang. Lalu dengan memperbandingkan nilai BOD terhadap COD juga akan diketahui seberapa besar jumlah bahan-bahan organik yang lebih persisten yang ada di perairan.

2.9  Manajemen Kontrol Nutrien
Peningkatan produksi perikanan budidaya secara global rata-rata mecapai 8,9% per tahun sejak tahun 1970. Bila dibandingkan dengan sektor perikanan tangkap dan peternakan dalam kurun waktu yang sama masing-masing hanya mencapai 1,2 dan 2,8 % per tahun. Namun demikian, dalam lima dekade mendatang, maka produksi budidaya harus bertumbuh hingga lima kali lipat untuk mensuplai kebutuhan populasi. Perkembangan ini harus mengatasi tiga hal pokok (Avnimelech 2009) sebagai berikut :
a. Memproduksi banyak ikan tanpa meningkatkan penggunaan sumberdaya alam (tanah dan air) secara nyata
b. Membangun sistem budidaya yang berkelanjutan tanpa merusak lingkungan
c. Membangun sistem budidaya dengan rasio cost/benefit secara rasional guna mendukung kelangsungan budidaya secara ekonomis dan sosial.
Salah satu faktor penting dalam mendukung ketiga hal tersebut di atas adalah penyediaan nutrisi.Nutrisi dan pemberian pakan memegang peranan penting untuk kelangsungan usaha budidaya hewan akuatik.Penggunaan pakan yang efisien dalam suatu usaha budidaya sangat penting oleh karena pakan merupakan faktor produksi yang paling mahal.Oleh karena itu, upaya perbaikan komposisi nutrisi dan perbaikan efisiensi penggunaan pakan perlu dilakukan guna meningkatan produksihasil budidaya dan mengurangi biaya pengadaan pakan, serta meminimalkan produksi limbah pada media budidaya.Untuk mencapai sasaran tersebut, diperlukan pemahanan tentang nutrisi dan kebutuhan nutrien dari kultivan, teknologi pembuatan pakan, serta kemampuan dalam pengelolaan pakan untuk setiap tipe budidaya dari kultivan tertentu.
Seperti pada organisme lainnya, hewan akuatik memerlukan nutrien esensial untuk proses pertumbuhan, pemeliharaan dan penggantian jaringan yang telah rusak, pengaturan beberapa fungsi tubuh, serta untuk mempertahankan kondisi kesehatan. Seiring dengan usaha intensifikasi budidaya, maka ketergantungan pada sediaan pakan alami semakin berkurang dan sebaliknya suplai energi semakin banyak ditentukan oleh pakan buatan yang diberikan. Dalam hal ini diperlukan pakan dengan kadar nutrisi yang seimbang serta pemberian yang cukup untuk mendukung pertumbuhan yang optimal dan pada akhirnya untuk peningkatan pendapatan hasil usaha budidaya. Sebaliknya penggunaan pakan yang tidak bermutu berdampak pada respon pertumbuhan yang rendah, mudah terserang penyakit, serta dapat menyebabkan kematian.Oleh karena itu, perpaduan antara penggunaan pakan berkualitas tinggi serta tingkat pengelolaan yang lebih baik telah terbukti memperbaiki efisiensi penggunaan pakan, penurunan biaya pengadaan pakan, serta mengurangi dampak kerusakan lingkungan.
Salah satu prinsip yang perlu diketahui dalam penerapan pakan untuk kepentingan budidaya adalah program pemberian pakan secara efektif (effective feeding program). Hal ini memerlukan pengetahuan tentang kebutuhan nutrien dari kultivan yang akan dipelihara, kebiasan dan tingkah laku makan, serta kemampuan kultivan dalam mencerna dan menggunakan nutrien esensial yang diberikan. Pakan yang diberikan harus mampu menyediakan nutrien yang dibutuhkan oleh kultivan seperti protein dan asam amino esensial, lemak dan asam lemak, energi, vitamin, dan mineral.Dengan demikian, kualitas pakan pada akhirnya ditentukan oleh tingkat nutrien yang tersedia bagi kultivan.Hal ini penting oleh karena baik ikan maupun udang memerlukan pakan semata hanya untuk memenuhikebutuhan energi, sehingga nilai energi dari suatu pakan turut menetukan tingkat efisiensnya.
Kebutuhan nutrien untuk spesies tertentu perlu diketahui.Sebagai contoh, kebutuhan protein dari ikan omnivor seperti bandeng, atau ikan herbivor seperti pada tilapia umumnya lebih rendah dibandingkan dengan ikan karnivor seperti pada kakap, kerapu dan snapper.Setiap ikan juga berbeda mengenai kebutuhan asam lemak esensial.Bandeng membutuhkan asam lemak dari kelompok n-3, sementara ikan kakap dan udang windu membutuhkan asam lemak dari kelompok n-3 dan n-6.Sebaliknya pada ikan tilapia membutuhkan asam lemak n-6.Dengan demikian, dalam memformulasikan suatu pakan hendaknya didasarkan pada kebutuhan dan tingkat nutrien esensial yang diperlukan dari kultivan tertentu.
Di bidang pengembangan pakan, upaya perbaikan kualitas bahan baku dan pengurangan biaya pengadaan pakan, serta perbaikan pengelolaan pakan di tingkat petani terus dilakukan. Hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan efisiensi penggunaan pakan bagi kultivan yang dipelihara.Selama pembuatan pakan perlu diperhatikan untuk tetap mempertahankan komposisi nutrien dan sekaligus mengeleminir zat anti-nutrisi.
Pengawasan terhadap kualitas pakan dimulai dari pemilihan bahan baku hingga proses produksi dan penyimpanan, dan terakhir pada pengguna di lapangan juga perlu dilakukan. Disamping itu, pengelolaan pakan harus dilakukan sebaik mungkin dengan memperhatikan apa, berapa banyak, kapan, berapa kali, dan dimana ikan/udang diberi pakan. Penerapan feeding regime hendaknya disesuaikan dengan tingkah laku ikan, serta siklus alat pencernakan guna memaksimalkan penggunaan pakan.Disamping itu, upaya mengurangi limbah pakan tidak hanya berpengaruh terhadap biaya produksi tetapi juga berdampak pada terpeliharanya lingkungan budidaya.




















BAB III
PENUTUP

3.1       KESIMPULAN
Berdasarkan makalah di atas dapat di simpulkan bahwa  macam-macam bahan-bahan organik di perairan yaitu :
-           Bakteri, Jamur, Phytoplankton dan Zooplankton
-           Sisa tumbuhan dan hewan yang mati.
-           Karbohidrat, Protein Lermak dan Vitamin yang Organik
            Bahan-bahan organik di perairan dapat dimanfaatkan sesuai kebutuhan, namun  jumlah bahan organik juga tidak boleh melebihi batas karena dapat mengganggu kehidupan biota perairan.
















Daftar Pustaka

http://en.wikipedia.org/wiki/earthworm=benefit diakses pada April 10, 2014 pukul 22.13.
Effendi, Hefni. 2003. Telaah Kualitas Air. Kanisius. Yogyakarta
Kordi dan Andi.2007. Pengelolaan Kualitas Air dalam Budidaya Perairan. Rineka Cipta. Jakarta




0 komentar:

Posting Komentar