4.1. Hasil
4.1.1. Klasifikasi Mollusca
a. Gastropoda
1. Klasifikasi Rhinoclavis sp
Kingdom : Animalia
Phylum : Mollusca
Kelas : Gastropoda
Ordo : Mesagastropoda
Famili : Cerithiidae
Genus : Rhinoclavis
Spesies : Rhinoclavis sp
2. Klasifikasi Epitonium sp
Kingdom : Animalia
Filum : Mollusca
Kelas : Gastropoda
Ordo : Mesogastropoda
Famili : Epitoniidae
Genus : Epitonium
Spesies : Epitonium sp
3. Klasifikasi Cypraea annulus
Kingdom : Animalia
Filum : Mollusca
Kelas : Gastropoda
Ordo : Mesogastropoda
Famili : Cypraeidae
Genus : Cypraea
Spesies : Cypraea annulus
4. Klasifikasi Terebra sp
Kingdom : Animalia
Filum : Mollusca
Kelas : Gastropoda
Ordo : Mesogastropoda
Famili : Potomididae
Genus : Terebra
Spesies : Terebra sp
5. Klasifikasi Conus
saturanus
Kingdom : Animalia
Filum : Mollusca
Kelas : Gastropoda
Ordo : Megagastropoda
Famili : Conidae
Genus : Conus
Spesies : Conus saturanus
b.
Pelecypoda (Bivalvia)
1. Klasifikasi Trachycardium sp
Kingdom : Animalia
Filum : Mollusca
Kelas : Bivalvia
Ordo : Veneroida
Family : Crdiidae
Genus : Trachycardium
Spesies : Trachycardium sp
2. Klasifikasi Anadara sp
Kingdom : Animalia
Filum : Mollusca
Kelas : Bivalvia
Ordo : Arcoida
Family : Arcidae
Genus : Anadara
Spesies : Anadara sp
3. Klasifikasi Gafrarium tumidum
Kingdom : Animalia
Filum : Mollusca
Kelas : Bivalvia
Ordo : Veneroida
Famili : Veneridae
Genus : Gafrarium
Spesies : Gafrarium tumidum
4. Klasifikasi Modiolus albicostus
Kingdom : Animalia
Filum : Mollusca
Kelas : Bivalvea
Ordo : Pteriomorpha
Famili : Mytilidae
Genus : Modiulus
Spesies : Modiulus albicostus
5. Klasifikasi Chlamys sp
Kingdom : Animalia
Filum : Mollusca
Kelas : Bivalvia
Ordo : Siphonostomatoida
Famili : Pandaridae
Genus : Chlamys
Spesies : Chlamys sp
c.
Cephalopoda
1. Klasifikasi Loligo sp
Kingdom : Animalia
Filum : Mollusca
Kelas : Cephalopoda
Ordo : Teuthoidea
Famili : Loliginidae
Genus : Loligo
Spesies : Loligo sp
2. Klasifikasi Sepia sp
Kingdom : Animalia
Filum : Mollusca
Kelas : Cephalopoda
Ordo : Sepiida
Famili : Sepiidae
Genus : Sepia
Spesies : Sepia sp
3. Klasifikasi Octopus sp
Kingdom : Animalia
Filum : Mollusca
Kelas : Cephalopoda
Ordo : Octopoda
Famili : Octopusdae
Genus : Octopus
Spesies : Octopus sp
4.1.2.
Klasifikasi Polychaeta
a.
Erantia
1.
Klasifikasi : Dovilleidae
sp
Kingdom :
Animalia
Filum : Annelida
Kelas : Polychaeta
Ordo : Aciculata
Famili : Dovilleidae
Genus : Dorvillae
Spesies
: Dovilleidae sp
2.
Klasifikasi
Nereidis sp
Kingdom :
Animalia
Filum : Annelida
Kelas : Polychaeta
Ordo : Aqiquidata
Famili : Nereididae
Genus : Nereidis
Spesies : Nereidis
sp
3. Klasifikasi Phyllodocidis sp
Kingdom :
Animalia
Filum : Annelida
Kelas : Polychaeta
Ordo : Aqiquidata
Famili : Phyllodocidae
Genus : Phyllodocidis
Spesies : Phyllodocidis
sp
4. Klasifikasi Lacydoniis sp
Kingdom :
Animalia
Filum : Annelida
Kelas : Polychaeta
Ordo : Aqiquidata
Famili : Lacydoniae
Genus : Lacydoniis
Spesies : Lacydoniis
sp
b.
Sedentaria
1. Klasifikasi Arenicolidae sp
Kingdom :
Animalia
Filum : Annelida
Kelas : Polychaeta
Ordo : Sedentaria
Famili : Arenicolidae
Genus : Arenicolides
Spesies :
Arenicolidae
sp
2. Klasifikasi Arabellis sp
Kingdom :
Animalia
Filum : Annelida
Kelas : Polychaeta
Ordo : Sedentaria
Famili : Arabellidae
Genus : Arabellis
Spesies : Arabellis
sp
3. Klasifikasi Poecilochaetis sp
Kingdom :
Animalia
Filum : Annelida
Kelas : Polychaeta
Ordo : Sedentaria
Famili : Poecilochaetisdae
Genus : Poecilochaetis
Spesies : Poecilochaetis
sp
4. Klasifikasi Maldanella sp
Kingdom :
Animalia
Filum : Annelida
Kelas : Polychaeta
Ordo : Capitellida
Famili : Maldanidae
Genus : Maldanella
Spesies : Maldanella
sp
4.1.3.
Klasifikasi Crustacea
a. Udang
1. Udang Windu (Penaeus monodon)
Kingdom :
Animalia
Filum :
Anthropoda
Subfilum :
Crustaceae
Kelas : Malacostraca
Ordo :
Decapoda
Subordo :
Natantia
Famili :
Penaidae
Genus :
Penaeus
Spesies :
P. monodon
2. Udang Putih (P. merguensis)
Kingdom :
Animalia
Filum :
Anthropoda
Subfilum :
Crustaceae
Kelas : Malacostraca
Ordo :
Decapoda
Subordo :
Natantia
Famili :
Penaidae
Genus :
Penaeus
Spesies :
P. merguensis
3. Udang Barong
(Panulirus versicolor)
Kingdom :
Animalia
Filum :
Anthropoda
Subfilum :
Crustaceae
Kelas :
Malacostraca
Ordo :
Decapoda
Subordo :
Reptantia
Famili :
Panuluridae
Genus :
Panulirus
Spesies :
P. Versicolor
4. Klasifikasi Macrobrachium rosenbergii
Kingdom :
Animalia
Filum :
Anthropoda
Kelas :
Crustacea
Ordo :
Decapoda
Famili :
Palaemonidae
Genus :
Macrobrahium
Spesies :
Macrobrachium rosenbergii
5. Klasfikasi Scyllarus
sp
Kingdom :
Animalia
Filum :
Anthropoda
Kelas :
Crustacea
Ordo :
Decapoda
Famili :
Scyllaridae
Genus :
Scyllarus
Spesies :
Scyllarus sp
6. Klasifikasi Panulirus
sp
Kingdom :
Animalia
Filum :
Anthropoda
Kelas :
Crustacea
Ordo :
Decapoda
Famili :
Panulidae
Genus :
Panulirus
Spesies :
Panulirus sp
7. Rajungan (Portunus
pelagicus)
Kingdom :
Animalia
Filum :
Anthropoda
Kelas :
Crustacea
Ordo :
Decapoda
Famili :
Portunidae
Genus :
Portunus
Spesies :
Portunus pelagicus
8. Klasifikasi Kepiting (Scylla serrata)
Kingdom :
Animalia
Filum :
Anthropoda
Kelas :
Crustacea
Ordo :
Decapoda
Famili :
Portunidae
Genus :
Scylla
Spesies :
Scylla serrate
9. Klasifikasi Limulus
poliphemus
Kingdom :
Animalia
Filum :
Anthropoda
Kelas :
Merostoma
Ordo :
Xiphosurida
Famili :
Limulidae
Genus :
Limulus
Spesies :
Limulus polyphemus
4.1.4. Klasifikasi Karang
a.
Karang Branching
1. Klasifikasi Acropora sp
Kingdom : Animalia
Filum :
Coelenterata
Kelas : Anthozoa
Order : Madreporaria
Famili : Madreporaridae
Genus : Acropora
Species : Acropora sp
2. Klasifikasi karang Pocilloporai
sp
Kingdom : Animalia
Filum : Anidaria
Kelas : Anthozoa
Order : Scleractinia
Family : Pocilloporidae
Genus : Pocillopora
Species : Pocillopora sp
3. Klasifikasi karang Hydnophora sp
Kingdom : animalia
Filum : Coelenterata
Kelas : anthozoa
Ordo : scleractinia
Sub ordo : faviina
Famili : Faviidae Gregory
Genus : Hydnophora
Spesies : Hydnophora
sp
b.
Karang Massive
1. Klasifikasi Karang Trachyphyllia sp
Kingdom : Animalia
Filum :
Cnidaria
Kelas : anthozoa
Ordo : scleractinia
Sub ordo :
faviina
Famili : Trachyphylliidae
Genus : Trachyphyllia
Spesies : Trachyphyllia
sp
2. Klasifikasi Karang Merulina sp
Kingdom : Animalia
Filum : Coelenterata
Kelas : anthozoa
Ordo : scleractinia
Sub ordo : faviina
Famili : Merulinidae
Genus : Merulina
Spesies : Merulina sp
3. Klasifikasi Karang Echynnophylla sp
Kingdom :
Animalia
Filum :
cordata
Kelas :
Anthozoa
Ordo :
Scleractinia
Sub ordo :
Faviina
Famili :
Pectiniidae
Genus :
Echinophyllia
Spesies :
Echinnophyllia sp
4. Klasifikasi Karang Galaxea sp
Kingdom :
Animalia
Filum :
cnidaria
Kelas : Anthozoa
Ordo : Scleractinia
Sub ordo : Meandrina
Famili : oculinidae
Genus : galaxea
Spesies : Galaxea
sp
5. Klasifikasi Karang Platygyra sp
Kingdom :
Animalia
Filum : Coelenterata
Kelas :
Anthozoa
Ordo :
Scleractinia
Famili : Agariciidaegray
Genus :
Platygyra
Spesies :
Platygyra sp
4.1.5.
Klasifikasi Echinodermata
a.
Asteroidea
1. Klasifikasi Pentagonaster
sp
Kingdom :
Animalia
Filum :
Echinodermata
Kelas :
Asteroidea
Ordo :
Platyesterida
Famili :
Ophidlasteridae
Genus :
Pentagonaster
Spesies :
Pentagonaster sp
2. Klasifikasi Linckia
leavigata
Kingdom :
Animalia
Filum :
Echinodermata
Kelas :
Asteroidea
Ordo :
Paxillosida
Famili :
Ophidlasteridae
Genus :
Linckia
Spesies :
Linckia leavigata sp
3. Klasifikasi Protoreaster
nodosus
Kingdom :
Animalia
Filum :
Echinodermata
Kelas :
Asteroidea
Ordo :
Platyesterida
Famili :
Ophidlasteridae
Genus :
Protoreaster
Spesies :
Protoreaster nodosus
b. Echinoidea
1. Klasifikasi Echinometra
mathaei
Kingdom :
Animalia
Filum :
Echinodermata
Kelas :
Echinoideas
Ordo :
Ardodanta
Famili :
Echinometridae
Genus :
Echinometra
Spesies :
Echinometra mathaei
2. Klasifikasi Laganum
sp
Kingdom :
Animalia
Filum :
Echinodermata
Kelas :
Echinoidea
Ordo :
Clypeasteroidea
Famili :
Laganidae
Genus :
Laganum
Spesies :
Laganum sp
3. Klasifikasi Diadema
setosum
Kingdom :
Animalia
Filum :
Echinodermata
Kelas :
Echinoideas
Ordo :
Echinodea
Famili :
Diadematidae
Genus :
Diadema
Spesies :
Diadema Setosum
4. Klasifikasi Abracia punculata
Kingdom :
Animalia
Filum :
Echinodermata
Kelas :
Echinoidea
Ordo :
Echinoida
Famili : Abraciatidae
Genus : Abracia
Spesies : Abracia punculata
c.
Sand Dollar
1. klasifikasi Laganum sp
Kingdom : Animalia
Filum : Echinodertmata
Kelas : Echinodea
Famili : Neridae
Genus : neridae
Spesies : Laganum sp
4.2.
Pembahasan
4.2.1.
Mollusca
a.
Gastropoda
Gastropoda adalah bagian dari kelas mollusca yang bagian
terbesar dalam kelompoknya. Nama lain untuk gastropoda adalah kaki perut, hal
ini berkaitan dengan bentuk badannya. Mempunyai cangkang tunggal yang terletak
di bagian punggung untuk merayap pada bebatuan atau daerah pasir, lumpur dengan
kaki berbentuk flat yang berisi jaringan muscle.
Gastropoda
memiliki anatomi tubuh antara lain : apex, cangkang, siphon, kepala, mata,
mulut, tentakel, kaki, dan operculum. Sedangkan bagian utamanya adalah kepala,
kaki, isi perut, dan mantel. Pada kepala terdapat dua mata, dua tentatel,
sebuah mulut, dan sebuah siphon. Siphon berfungsi untuk menyaring atau
menyeleksi bahan-bahan makanan dari perairan yang masuk ke dalam perut yang
dibantu oleh tentakel ( Cobb dan Wang, 1985).
Mantel
berfungsi sebagai pembentuk struktur serta corak warna dari cangkang. Selain
itu mantel akan mengeluarkan sel-sel tertentu untuk kerusakan-kerusakan yang
timbul pada cangkang. Bentuk cangkang gastropoda pada p[ertumbuhannya
memperlihatkan perputaran spiral dengan sudut 180°C. Ketika cangkang berputar
ke kanan atau searah jarum jam, maka cangkang akan berlekuk ke kanan (dextral).
Sebaliknya jika arah perputaran ke kiri atau berlawanan arah jarum jam, maka
lekuk cangkang akan ke kiri (sinistral),. Sebagian besar spesies gastropoda
bercangkang dextral dan hanya sebagian kecil saja yang mempunyai lekuk cangkang
keduanya(sinistral dan dextral), dimana perputaran cangkang ini dimulai sejak
perekembangan larva gastropoda ( Brotowijoyo, 1995).
Bagian
kepala mempunyai dua tentakel yang mempunyai jarak pendek antara keduanya, bentuk
kepala tumpul atau memanjang, mata tepat atau dekat dengan dasar permukaan
tentakel. Bagian mulut terletak pada permukaan ventral kepala bagian akhir
arterior dan digunakan oleh beberapa spesies untuk beradaptasi dengan
subtratnya.
Gastropoda yang diamati ada beberapa jenis antara lain : Polynices sp, Trochus sp, Lambis sp, Pyrence sp, Bulla sp. Mereka hidup di pantai berkarang dengan makanan berupa
sisa bahan organik. Bagian–bagian tubuh Gastropoda yang bisa diamati hanya bagian tubuh luarnya,
terutama pada bagian-bagian cangkangnya antara lain :
Apek , yang merupakan puncak/atau titik
pertemuan cangkang
Protoconch
Tubercules
Suture
Anterior canal
Posterior canal
b.
Bivalve
Pada praktikum Avertebrata Air kita dapat mengenali
beberapa jenis kerang yang berbentuk bundar, pipih, dan tipis dengan lebar
dapat mencapai 6 cm. Bivalve yang diamati pada praktikum Avertebrata Air kali
ini adalah : Tranchycasdium magnum,
Pseudodon sp, Anadara sp, Crassostre sp, Nuculace sp. Pada bagian luar terdapat garis-garis radial yang
halus dan memusat ke arah kerucut, serta garis-garis dengan konsentrasi yang
jelas. Bagian-bagian tubuh Bivalve yang ditemukan adalah umbo (pusat
pertumbuhan bivalve), mantel yaitu lapisan pada bagian sisi dalam dari shell
atau cangkang yang berkilauan dan disebut juga sebagai lapisan mutiara
(Brotowijoyo, 1995).
Warna
dan bentuk kedua belah cangkang tidak sama. Di dekat kerucut terdapat bentuk
seperti telinga dan sayap pada waktu muda hewan ini melekatkan diri pada
substrat dengan benang byssus. Setelah dewasa berenang zig-zag dengan cara
membuka dan menutup kedua cangkangnya secara teratur. Hidup di pantai yang agak
dalam, nama daerahnya kipas-kipas. Dagingnya enak dimakan dan umumnya
diperdagangkan dalam keadaan kering (Darwin, 1990).
c.
Cephalopoda
Spesies yang kita amati dalam kelas Cephalopoda ini
adalah cumi-cumi (Sepia sp) .
Preparat yang digunakan dalam pengamatan
ini adalah dengan menggunakan preparat basah yang tak beda dengan menggunakan
preparat kering yaitu mengamati bagian-bagian morfologinya saja tanpa mengamati
bagian anatominya.
Cumi-cumi (Sepia
sp) merupakan chepalopoda yang modern tubuhnya relatif panjang, langsing dan
bagian belakangnya meruncing. Mantel pada cumi-cumi (Sepia sp ) berwarna putih dengan bintik-bintik merah ungu dan
diselubungi selaput tipis yang berlendir pada kedua sisi dorsal mantel terdapat
sirip lateral berbentuk segitiga. Di sekeliling mulutnya terdapat 8 buah lengan
dan 2 tentakel yang panjang. pada permukan lengan bagian dalam dilengkapi
dengan batil isap pada bagian tentakelnya yang berfungsi untuk menangkap
mangsa. Alat pergerakan Cumi-cumi (Sepia
sp) berupa cerobong dan alat kemudian berupa sirip yang letaknya di ujung
dorsal (Darwin, 1990).
Pada bagian dorsal Sepia sp terdapat lengan dan tentakel.
pada bagian anterior ujung terrdapat mulut yang dikelilingi oleh lengan dan
tentakel. Lokasi mata tedapat pada kedua sisu kepala di daerah funnel, dua
macam usus terdapat di anterior sekitar mulut, satu lebih pendek dari lengan
dan satu lebih panjang dari saker pada tentakel. di dekat mata terdapat
integunmen yang tebal disebut olfactory crest, di bawahnya ditemukan olfactory
groove.
Cumi-cumi (Sepia sp) berbeda dengan bentuk cephalopoda
yang lain seperti Loligo ataupun Octopus. Sepia ini sangat mudah didentifikasi
karena tubuhnya yang gemuk dengan sirip memanjang pada bagian posteriornya.
Sedangkan Loligo mempunyai tubuh lebih ramping dengan sirip berbentuk segitiga (Cobb
dan Wang, 1985).
Cumi-cumi
merupakan binatang yang bersifat phototaksis positif, mudah tertarik dengan
cahaya dan naik ke permukaan air. Ciri khas dari cumi-cumi adalah dapat
menyemprotkan cairan hitam dari tentakel yang terletak dimulut. Cairan hitam
tersebut berfungsi untuk mengecoh musuhnya dan jari-jari yang mempunyai mangkuk
penghisap untuk menangkap mangsanya. Cumi-cumi dapat dijumpai di daerah pantai,
perairan laut dangkal, perairan payau dan laut terbuka sampai kedalaman 400
meter (Cobb dan Wang, 1985).
4.2.2.
Polychaeta
Polychaeta umumnya tubuh berbentuk memanjang,
silindris dan tersusun atas bagian anterior.Anterior terdiri dari prostomium
dan periostomium yang mempunyai atau tidak mempunyai parapodia, sejumlah segmen
pada bagian badan dan pygidium terletak pada ujung anterior.
Prostomium dilengkapi 4 buah mata sederhana di sebelah dorsal, 2 tentakel
pendek dan 2 palpus. Peristomium dilengkapi dengan 4 tentakel panjang yang
disebut parapodia. Tiap parapodia mempunyai setae banyak yang mungkin berguna
untuk menggali pasir atau celah-celah batuan. Segmen terakhir mempunyai 2
cirrus panjang
Polychaeta
mempunyai segmen-segmen yang dapat putus dan membentuk individu baru. Misalnya
apabila putus pada segmen ke 14, maka akan membentuk individu baru. Sedangkan
apabila putus pada segmen ke 12 maka akan membentuk kepala dan ekor baru. Warna
tubuh polychaeta tidak berwarna atau transparan (Romimohtarto, 2007).
Kelas
polychaeta dibagi menjadi dua subkelas, yaitu Errantia yang bergerak bebas dan
Sedentaria yang menetap. Errantia adalah jenis cacing yang hidup bergerak
dengan cara merayap pada celah batu dan karang, membuat lubang atau lorong
dalam pasir dan lumpur, ada pula yang membentuk selubung. Ciri dari Errantia yaitu terdiri dari banyak ruas tubuh
dan bentuknya tidak sama. Sedangkan cirri dari Sedentria yaitu mempunyai
parapodia yang mengecil, kepala dilengkapi dengan palp, memiliki ruas tubuh
yang berbeda. Sendentaria kebanyakan tinggal dalam liang atau selubung
permanen, menetap dalam liang, dan hanya kepalanya saja yang keluar masuk untuk
makan (Suwignyo, 1998).
errantia memiliki ruas tubuh yang
sama bentuk dan ukurannya, sedangkan ruas tubuh jenis sedentaria, badannya cenderung mengalami modifikasi.
Perbedaannya disebabkan oleh diameter ruas dan parapodia. Pernapasan berlangsung melalui kulit,
terutama di parapodia. Darah mengandung pigmen merah (haemoglobin), mengalir
dalam pembuluh kontraktil yang disebut pembuluh-pembuluh longitudinal dorsal,
mengalir ke anterior. Darah dalam pembuluh longitudinal ventral mengalir ke
posterior. Polychaeta aktif
di waktu malam (Suwignyo et al, 2005).
4.2.3.
Crustacea
a. Udang windu (Penaeus monodon)
Menurut Romimoharto
(2001), udang windu (Penaeus monodon)
termasuk ke dalam golongan udang Penaeid. Udang penaeid mempunyai ciri
khas, yaitu kaki jalan pertama, kedua, dan ketiga bercapit serta kulit chitin
(pleura) pada segmen perut yang pertama tidak tertindih oleh kulit chitin pada
segmen berikutnya. Secara anatomis baik cephalothorax maupun abdomen
terdiri dari segmen-segmen atau ruas-ruas. Hanya karena cephalothorax tertutup
oleh carapace maka segmennya tidak terlihat dari luar, berbeda dengan abdomen
yang ruas-ruasnya terlihat jelas.
b. Udang putih
(Penaeus merguensis)
Sebagaimana udang windu, udang putih (Penaeus merguensis) juga
termasuk udang penaeid. Pada udang putih masing-masing ruas badan memiliki
anggota badan yang fungsinya bermacam-macam. Pada ruas kepala yang pertama
terdapat mata majemuk yang bertangkai. Antena I atau antennules mempunyai
dua buah flagella yang pendek dan berfungsi sebagai alat peraba dan pencium.
Antenulla mempunyai dua buah cabang pula yaitu cabang pertama (exopodite)
yang berbentuk pipih dan tidak beruas dinamakan prosartema, sedangkan
yang kedua (endopodhit) berupa cambuk yang panjang dan berfungsi sebagai
alat perasa dan peraba.
Yang membedakan antara Penaeus merguiensis dan Penaeus monodon
diantaranya yaitu warna kulitnya. Penaeus merguensis mempunyai kulit
agak bening (transparant) sedangkan Penaeus monodon mempunyai
kulit agak gelap. Selain itu bagian ujung kaki kipas pada Penaeus merguensis
berwarna kuning hijau. Penaeus merguensis lebih menyukai dasar perairan
lempung liat berpasir, sedangkan Penaeus monodon lebih menyukai tekstur
dasar lempung berdebu (lumpur dan pasir). Udang penaeid umumnya bersifat
omnivora, juga pemakan detritus dan sisa organisme lain. Makanan Penaeus merguensis pada
tingkat post larva selain jasad renik juga memakan phytoplankton dan alga
hijau berbentuk benang.
c. Udang
barong (Panulirus versicolor)
Panulirus versicolor atau sering dikenal sebagai udang
barong memiliki duri-duri yang keras, terutama di bagian atas kepala dan
antena. Badannya besar dilindungi kulit keras yang mengandung zat kapur. Antena
berkembang dengan baik terutama antenna kedua yang panjangnya melebihi panjang
badannya. Pada pasangan kaki jalannya tidak mempunyai capit. Habitat hidup
udang barong adalah di perairan karang, suatu kawasan laut dimana banyak
terdapat karang-karang, terumbu karang, batuan granit atau vulkanis. Pada siang
hari umumnya udang barong bersembunyi pada gua-gua karang (Nontji, 1993).
Menurut Cobb dan Wang (1985),
telson bukan merupakan anggota badan yang sesungguhnya, bagian tengah dari ekor
disebut uropoda yang bentuknya pipih, lebar seperti kipas dan bagian ini
merupakan modifikasi dari pleopoda yang terakhir. Uropoda tersebut berfungsi
untuk berenang mundur sebagai respon untuk melarikan diri. Antenna berfungsi
sebagai penerima rangsangan kimia, dan mempertahankan diri dari serangan musuh (Nontji, 1993).
d. Rajungan (Portunus pelagicus)
Rajungan (Portunus pelagicus)
merupakan jenis yang paling terkenal sesudah kepiting bakau. Rajungan bisa
mencapai ukuran 18 cm, sapitnya kokoh, panjang, berduri-duri. Pada hewan ini
terlihat adanya perbedaan yang menyolok antara jantan dan betina. Jantan
mempunyai ukuran tubuh yang lebih besar, sapitnya pun lebih panjang daripada
betina (Romimohtarto, 2001).
Rajungan
hidup pada habitat yang beranekaragam misalnya pantai dengan dasar yang
berpasir, pasir lumpur, dan di laut terbuka. Rajungan hidup dengan berdiam di
dasar laut sampai kedalaman lebih dari 65 m, tetapi sesekali dapat juga
terlihat berenang dekat ke permukaan laut (Romimohtarto, 2007).
Rajungan sering
membenamkan diri di dalam pasir, hidup di daerah pasir berlumpur dan di
perairan depan hutan mangrove. Rajungan sering tertangkap dalam jaring tangsi
dan jaring kejer yang dibentangkan di malam hari. Rajungan yang tertangkap di
perairan pantai umumnya mempunyai lebar carapas antara 8-13 cm dengan berat
rata-rata ±100
gr. Sedangkan yang berasal dari perairan lebih dalam dapat mempunyai kisaran
lebar carapas 12-15 cm dengan berat rata-rata ±150 gr
(Romimohtarto, 2007).
Di Indonesia terdapat berbagai jenis rajungan
yang dapat dimakan. Menurut Romimohtarto (2007), jenis-jenis rajungan yang
terdapat di Indonesia yaitu,
1. Nama daerah : rajungan (Jawa), kepiting bulan terang
(Ambon)
Nama ilmiah : Portunus
pelagicus
2. Nama daerah : rajungan angin (Jakarta)
Nama ilmiah : Podophtalamus vigil
3. Nama daerah : rajungan karang (Jakarta)
Nama ilmiah : Charybdis feriatus atau Charybdis
cruciata
4. Nama daerah : rajungan bintang
Nama ilmiah : Portunus sanguinolentus
5. Nama daerah : rajungan hijau (Jakarta), kepiting batu
(Pulau seribu)
Nama ilmiah : Thalamita crenata
6. Nama daerah : rajungan batik (Jakarta)
Nama ilmiah :
Charybdis natator
7. Nama daerah : kepiting (Jawa)
Nama ilmiah : Scylla serrata
8. Nama daerah : rajungan hijau (Jakarta), kepiting batu
(Pulau Seribu)
Nama ilmiah : Thalamita
danae
e. Kepiting (Scylla
serrata)
Menurut
Suwignyo et al, (2005), kepiting atau kepiting bakau mempunyai nama latin Scylla
serrata. Wilayah penyebaran geografisnya luas di perairan wilayah
indopasifik antara lain wilayah India sampai ke Indonesia. Kepiting bakau hidup
di pantai daerah pasang surut dan rawa-rawa berhutan bakau. Kepiting bakau
merupakan salah satu jenis hewan bercangkang keras yang berukuran paling besar
dan dapat dimakan yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
1. Seluruh tubuhnya tertutup oleh
cangkang
2. Diantara sepasang matanya
mempunyai 6 buah duri, sedang di samping kanan dan kirinya masing-masing 9 buah
duri
3. Mempunyai sepasang capit
4. Mempunyai 3 pasang kaki jalan
5. Mempunyai sepasang kaki renang
6.
Berwarna hijau kecoklatan
Menurut
Suwignyo (2005), jika dilihat dari jenis kelamin, kepiting bakau dapat
dibedakan :
1.
Kepiting jantan dicirikan oleh bagian abdomen yang lancip
menyerupai bentuk segitiga sama kaki, sedang pada betina dewasa agak bundar dan
lebar.
2.
Pada kepiting jantan dewasa mempunyai ukuran capit yang
lebih besar dibandingkan dengan kepiting betina.
Menurut Suwignyo (2005), tingkat
perkembangan kepiting dapat dibagi dalam 3 fase, yaitu :
1. Fase telur (embrionik)
2. Fase larva
3. Fase kepiting
Pada fase larva dikenal Zoea I,
II, III, IV, V, dan megalopa. Sedang pada fase kepiting dikenal dengan fase
kepiting muda dan dewasa.
Menurut Nontji (1993), jenis kepiting bakau
yang mempunyai nilai ekonomis tinggi antara lain :
1.
Scylla serrata, jenis ini mempunyai ciri
warna keabu-abuan sampai hijau kemerah-merahan
2.
Scylla oceanica, berwarna kehijauan dan
terdapat garis berwarna coklat pada hampir seluruh bagian tubuhnya kecuali
bagian perut
3.
Scylla transquebarica, berwarna
kehijauan sampai kehitaman dengan sedikit garis berwarna coklat pada kaki
renangnya.
(Nontji,
1993), secara umum tingkah laku dan kebiasaan kepiting bakau yang dapat diamati
adalah sebagai berikut :
1.
Suka berendam dalam lumpur dan membuat lubang pada
dinding untuk pematang tambak pemeliharaan
2. Kanibalisme dan saling menyerang
3. Moulting atau ganti kulit
4. Kepekaan terhadap polutan
4.2.4.
Karang
Terdapat 8
jenis karang yang diamati dalam praktikum ini, antara lain : Trechyphylla
sp, Acropora sp, Pocillopora sp, Merulina ampliara, Hydnophora sp, Echinophyllia sp, Galaxea sp, dan Platygyra sp.
Dari pengamatan didapat beberapa jenis bentuk
karang antara lain : karang massive yang
tidak bercabang dan karang branching yang bercabang dan ujungnya
terdapat tunas.
Karang dapat dibagi menjadi dua bentuk yaitu
karang branching dan karang massive. Karang branching merupakan karang yang
mempunyai percabangan, hidup di perairan yang dangkal. Sedangkan karang massive
bentuknya seperti batu (tidak mempunyai percabangan), hidup pada perairan yang
dalam. Berdasarkan hasil pengamatan praktikum yang kami lakukan, yang termasuk
karang branching adalah Acropora sp, Pocillopora sp, dan Hydnophora sp. Sedangkan
yang termasuk karang massive yaitu Trechyphylla sp, Merulina ampliara, Echinophyllia sp, Galaxea sp, dan Platygyra sp.
Acropora sp, termasuk karang branching,
termasuk genuis Acropora yang sangat mudah dikenal karena hampir seluruh koloni
bercabang dan berbentuk dendroit. Corallite sangat
kecil, diameter hanya mencapai 2 mm. Columella biasanya sangat sukar
diamati. Genus ini mempunyai spesies yang terbanyak di antara genus-genus yang
lain.
Pacillopora sp, termasuk karang brancing dan
termasuk dalam genus Pacillopora.Mempunyai tipe koralit Dendroit yaitu bentuk
koloni ini hampir menyerupai pohon dimana dijumpai cabang-cabang dan ujung
cabang biasanya dijumpai calce utama.
Hydnophora
sp, Bentuk
koloni selalu Hydnophoroid dan tak menentu, dapat berbentuk berbukit-bukit
ataupun rata dan juga bercabang-cabang.Septa berjumlah 8-14.Genus ini sangat
mudah dikenal.
Merulina
ampliara, bentuk koloni biasanya seperti
lempengan horizontal tetapi pada tempat-tempat tertentu juga dijumpai bentuk
yang tidak rata sampai hampir bercabang. Lembah menyebar secara radial hingga
kepinggir lempengan dari koloni. Septa terdiri dari dua order dan sangat
bergerigi.
Trechyphylla
sp, pada genus ini central
corralites pada umumnya masih dapat dijumpai. Septa tidak dapat dibedakan
ordernya. Kebayakan costae tebal. Columella jelas kelihatan dan biasanya
trabecular.
Echinophyllia
sp, termasuk ke dalam famili
Pectiniadae. Koloni mempunyai pusat corralite. Nama genus adalah Echinophyllia.
Platygyra sp, koloni biasanya berbentuk
mendroit. Septa terdiri dari dua order dan biasanya bergerigi. Columella agak
kecil dan trabecular.
Galaxea sp, Genus ini mudah dikenal
karena bentuk corallites yang bundar dan sama besar. Septa terdiri dari tiga
order yang jelas kelihatan. Collumella sangat kecil dibandingkan dengan luas
calice. (Sya’rani, 1992).
4.2.5.
Echinodermata
Kelas
|
Contoh
|
Ciri-ciri
|
Crinoidea
|
Lilia
laut, bulu laut
|
Sessil,
menempel menggunakan batang; lengan bercabang; kaki tabung bersilia dipakai
untuk makan; beberapa spesies berenang bebas; lebih banyak pada era
Paleozoikum
|
Asteroidea
|
Bintang
laut
|
Bergerak
bebas dengan kaki tabung; tangan bercabang dari cakram pusat
|
Ophiuroidea
|
Bintang
ular, bintang rapuh, bintang keranjang
|
Bergerak
bebas; lengan luwes yang tipis memancar dari cakram; kaki tabung dipakai
sebagai indera dan untuk makan
|
Echinoidea
|
Dollar
pasir; biskuit laut; bulu babi
|
Bergerak
bebas; badan menyatu dalam lempengan atau cakram lempeng, tanpa sinar bebas,
tertutup dengan lempeng kapur; beberapa spesies tertutup dengan duri
|
Holothuroidea
|
Teripang
|
Bergerak
bebas; tubuh luwes dan panjang dengan mulut di satu ujungnya; kadang memiliki
tentakel; unsur kerangka kulit sudah mulai lenyap
|
1.
Asteroidea
Bintang laut adalah wakil
yang bagus untuk echinodermata (gambar 1). Seekor bintang laut memiliki semua
ciri nyata echinodermata: simetri radial, kulit duri, kaki tabung yang
dikendalikan oleh sistem peredaran air, tidak berkepala, dan tidak pula
memiliki sistem pembuangan maupun pernapasan.Papulae keluar dari dinding coelom, dan menyebar antar
lempengan kapur ke air laut. Papulae adalah struktur mirip kantung yang
berfungsi sebagai organ pernapasan dan pembuangan.
Mulutnya
berada di pusat cakram dibawah tubuh.Sisi tubuhnya yang memiliki mulut disebut
sisi oral.Sisi yang tidak disebut sisi aboreal.Esofagus pendek dari mulut
menuju ke bagian jantung (kardiak) di perut.Sebuah pembatas di dinding perut
memisahkan bagian jantung di perut dari bagian lambung (pilorik).Perut kardiak
ditarik keluar dan didorong melalui mulut saat bintang laut makan.Perut menelan
makanan, yang biasanya moluska atau crustacea, dan mencernanya sebelum menarik
kembali perut ke dalam. Usus dan anus bintang laut tidak berfungsi sama sekali.
Di
sisi aboreal bintang laut terdapat lempeng berwarna yang disebut madreporit. Air masuk ke tubuh
bintang laut lewat bukaan kecil di lempengan ini. Air ditarik oleh silia masuk
ke saluran batu (yang keras karena adanya cincin-cincin kapur) menuju saluran
cincin yang mengelilingi cakram pusat. Saluran cincin memiliki lima saluran
pancar yang menyebar ke tangan-tangan bintang laut. Sisi pendek cabang
menghubungkan saluran pancar dengan banyak pasangan kaki tabung, yang
mengembang dan mengempis dalam merespon tekanan air di ampulla, sebuah kantung otot di ujung
atas kaki tabung.
2. Echinodea
Echinoidea merupakan binatang triploblastik selopmata, tubuh
simetris radial yang terbagi menjadi 5 bagian. Bentuk hampir bulat atau gepeng,
tidak mempunyai tangan, rangka tersusun dari keping-keping zat kapur yang
disebut laminae yang menjadi satu sehingga membentuk semacam mangkok dan
umumnya berduri, saluran pencernaan sempurna gerakan lambat dengan kaki
pembuluh (ambulakral) yang terjadi dengan mengubah tekanan air yang diatur oleh
sistem pembuluh air yang berkembang dari selom.
Pada bagian aboral terdapat anus, madreporit dan lubang
genital. Pada oral terdapat mulut yang dikelilingi oleh lima gigi yang kuat dan
tajam, gigi tersebut disokong oleh 5 rangka samping di sebelah dalam cangkal
yang disebut lentera aristoteles yang berfungsi untuk mengambil makanan.
Sekitar mulut peristom terdapat alat sensoris yang disebut
sphaeredia. Tubuh memiliki rongga seperti tabung yang disebut siphon,
dilengkapi dengan cillia, dan bernafas dengan menggunakan insang, sistem syaraf
echinoidea nelingkari mulunatau sistem syaraf melengkung.
Jenis kelamin terpisah, larva mempunyai bentuk simetris
bilateral yang dapat berenang secara bebas disebut bipinnaria.
3.
Sand dollar
Sand
dollar termasuk kelas Echinoidea yang
di amati dalam praktikum avertebrata air. Sand
dollar merupakan hewan yang termasuk phylum echinodermata, hewan ini mempunyai
bebtuk tubuh yang cukup simple, pada spesies Laganum laganum terdapat motif
bunga pada bagian aboral.Laganum depresis tidak memiliki motif.Warna tubuh
hewan ini merah muda pucat. Bagian tubuh hewan ini antara lain petal, mouth,
ossieless, dan oral surface. Dolar pasir
mempunyai kaki tabung seperti bulu babi. Tubuh dolar pasir berbentuk pipih dan
seperti cakram (Nontji, 1993).
DAFTAR PUSTAKA
Brotowijoyo, Mukayat. 1995.
Pengaruh Lingkungan Perairan dan Budidaya Air. Kanisius, Yogyakarta.
Cobb dan Wang. 1985. Living Organism. Oxford University,
London.
Darwin, Robert. 1990. Organisme: Suatu pendekatan Ekologis
(Terjemah).Gramedia, Jakarta.
Nontji. 1993. Laut Nusantara. Djambatan. Jakarta
Romimohtarto, K. 2007. Biologi Laut. Djambatan. Jakarta.
Suwignyo, S. Widigdo, B. dan Wardiatno, Y. 2005. Avertebrata Air. Penebar
Swadaya. Bogor.
Suwigyo, 1998. Avertebrata Air ( untuk mahasiswa perikanan ). Bogor: Fakultas
Ilmu Perikanan Dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian
Bogor.
Sya’rani, Lachmudin.
1992. Karang : Kunci Determinasi Genus.
Undip, Semarang.
4 Agustus 2018 pukul 13.43